Senin, 23 Juli 2012

Materi Sispala POBONGAN TUAH (SMAN 1 ROKAN IV KOTO)






MANAJEMEN ORGANISASI

Ilmu Manajemen Organisasi merupakan kelompok ilmu pengetahuan sosial. Karena didalam manajemen organisasi terdapat orang-orang anggota yang saling berinteraksi serta mengemukakan ide dan pendapat untuk mencapai suatu tujuan. Manajemen yaitu suatu tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, menggerakkan dan mengatur suatu kegiatan organisasi adalah sekelompok atau sekumpulan orang yang bekerja sama dan memiliki tujuan yang sama.
Jadi manajemen organisasi adalah sekelompok orang yang melakukan kegiatan secara efektif dan efesien yang bekerja sama mengatur dan menggerakkan untuk mencapai tujuan yang sama.
Dalam manajemen organisasi terdapat program-program kerja dan untuk melaksanakannya perlu dilakukan musyawarah anggota (musang).
Tujuan manajemen organisasi adalah untuk mengatur dan menciptakan suatu kegiatan dimana harus ada strategies, prosedure, system, rules, dan instruction yang dilakukan. Pada dasarnya setiap tujuan adalah rencana dan setiap tujuan organisasi dapat dilihat dari anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART) yang menerangkan peraturan-peraturan dari rambu-rambu pelaksanaanya.



MANAJEMEN EKSPEDISI
          Manajemen Ekspedisi terdiri dari dua kata yaitu : manajemen yang artinya mengatur atau merencanakan sedangkan ekspedisi adalah perjalanan atau petualangan.
          Jadi manajemen ekspedisi adalah mengatur atau merencanakan perjalanan untuk menemukan hal-hal yang baru contohnya air terjun,binatang langka dan lain-lain.

Didalam manajemen ekpedisi,ada tiga pase yaitu
1.    keputusan mendasar
Ø  Merumuskan tujuan
Ø  Merencanakan waktu
Ø  Jumlah peserta
2.    persiapan ekpedisi
Ø  Menentukan leader (depan)
Ø  Menetukan sweeper (belakang)
Ø  Pemetaan/peta perejalanan
3.    hal-hal yang disiapkan dalam ekpedisi
Ø  surat perizinan
Ø  menentukan koordinan/star poin
Tujuan melakukan ekpedisi yaitu:
          1.  Menentukan/menemukan hal-hal baru yang memberi pengetahuan pada khalayak ramai
Hal-hal yang harus diamati dalam ekspedisi adalah:
Ø  Flora (tumbuhan)
Ø  Fauna (hewan)
Ø  Adat istiadat penduduk dimana kita melakukan ekspedisi
Ø  Evaluasi/briping
Langkah awal dalam melakukan ekspedisi
Ø  persiapan
Ø  orientasi peta lokasi
Cara peking dalam ekspedisi
1.    Barang yang lebih ringan diletakan dibagian bawah
2.    Barang yang sering dikeluarkan diletakan diluar seperti kantong-kantong cerrel
3.    barang-barang yang berat diletakan dibagian atas





AMDAL


Amdal singkatan dari :
            A   : analisis
            M   :mengenai
            Da : dampak
            L    : lingkungan

Contoh dampak lingkunga yaitu :
  1. limbah pabrik yang berbahaya,
  2. banjir,
  3. kebakaran,
  4. longsor.

Dalam pencarian data kita bisa melakukan 2 cara yaitu :
  1. infestigasi terbuka yaitu mewawancarai seorang korban yang terkena dari pada dampak lingkungan tersebut.
Misalnya,terjadi suatu kejadian di sebuah desa yaitu limbah pabrik kelapa sawit.maka yang akan diwawancarai yaitu masyarakat sekitar pabrik yang terkena limbah pabrik kelapa sawit tersebut.
  1. infestigasi tertutup yaitu mewawancarai sabuah organisasai atau sebuah pabrik yang mana pabrik tersebut yang mengakibatkan dampak lingkungan,
misalnya seperti pada contoh diatas,maka yang akan di wawancarai yaitu pihak pabrik kelapa sawit yang telah menyebabkan limbah tersebut.







NAVIGASI DAN PEMETAAN
      Navigasi adalah pengetahuan untuk mengetahui keadaan medan yang akan dihadapi, posisi kita di alam bebas dan menentukan arah serta tujuan perjalanan di alam bebas. Pengetahuan tentang navigasi darat ini merupakan bekal yang sangat penting bagi kita untuk bergaul dengan alam bebas dari padang ilalang, gunung hingga rimba belantara. Untuk itu memerlukan alat-alat seperti:
1. Peta topografi
2. Penggaris
3. Kompas
4. Konektor
5. Busur derajat
6. Altimeter
7. Pensil
Pengetahuan tentang navigasi darat ini meliputi :
1. Pengenalan Peta
2. Pengenalan Kompas
3. Memakai peta dan kompas dalam satu kesatuan

I. PENGENALAN PETA
          Peta adalah gambaran seluruh atau sebagian permukaan bumi yang diproyeksikan dalam dua dimensi pada bidang datar dengan metode dan perbandingan tertentu. Peta yang biasanya digunakan dalam kegiatan pendakian gunung adalah peta topografi. Selain pendaki gunung, jenis peta ini juga dipakai oleh militer.kandungan informasi yang dimiliki oleh peta topografi seperti relief permukaan bumi, hutan, pemukiman penduduk, jaringan sungai, jalan dan sebagainya, keistimewaan peta topografi adalah skala yang besar namun hal ini menyebabkan peta topografi itu hanya menggambarkan suatu wilayah kecil saja.
Ukuran peta topografi sebagai berikut :
- Skala 1 : 50.000
- Skala 1 : 25.000
- Skala 1 : 5.000
 SHAPE  \* MERGEFORMAT
Gambar 1. Peta Topografi
Bagian –bagian pada peta :
1. Judul Peta
          Adalah identitas yang tergambar pada peta, ditulis nama daerah atau identitas lain yang menonjol.
2. Keterangan Pembuatan
          Merupakan informasi mengenai pembuatan dan instansi pembuat. Dicantumkan di bagian kiri bawah dari peta. Keterangan ini digunakan untuk menghitung sudut variasi magnetisnya karena kutub magnetis selalu berubah setiap tahun disebabkan pengaruh rotasi bumi. Variasi ini dinamakan “Deklinasi”, variasi deklinasi ini sangat berpengaruh terhadap perhitungan dalam menggunakan peta dan kompas.
3. Nomor Peta (Indeks Peta)
             Nomor peta berguna untuk memudahkan kita mencari peta yang dibutuhkan.
4. Pembagian Lembar Peta
       Adalah penjelasan nomor-nomor peta lain yang tergambar di sekitar peta yang digunakan, bertujuan untuk memudahkan penggolongan peta bila memerlukan interpretasi suatu daerah yang lebih luas.
5. Sistem Koordinat
      Adalah perpotongan antara dua garis sumbu koordinat. Macam koordinat adalah:
          a. Koordinat Geografis
Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (BB dan BT), yang berpotongan dengan garis lintang (LU dan LS) atau koordinat yang penyebutannya menggunakan garis lintang dan bujur. Koordinatnya menggunakan derajat, menit dan detik. Misal Co 120° 32' 12" BT 5° 17' 14" LS.
      b. Koordinat Grid
Perpotongan antara sumbu absis (x) dengan ordinal (y) pada koordinat grid. Kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak (meter), sebelah selatan ke utara dan barat ke timur dari titik acuan.
      c. Koordinat Lokal
Untuk memudahkan membaca koordinat pada peta yang tidak ada gridnya, dapat dibuat garis-garis faring seperti grid pada peta. Skala bilangan dari sistem koordinat geografis dan grid terletak pada tepi peta. Kedua sistem koordinat ini adalah sistem yang berlaku secara internasional. Namun dalam pembacaan sering membingungkan, karenanya pembacaan koordinat dibuat sederhana atau tidak dibaca seluruhnya.
Misal: 72100 mE dibaca 21, 9° 9700 mN dibaca 97, dan lain-lain.
6. Skala Peta
Adalah perbandingan jarak di peta dengan jarak horisontal sebenarnya di medan atau lapangan. Rumus jarak datar dipeta dapat di tuliskan
JARAK DI PETA x SKALA = JARAK DI MEDAN
Penulisan skala peta biasanya ditulis dengan angka non garis (grafis).
Misalnya Skala 1:25.000, berarti 1 cm di peta sama dengan 250 m di medan yang sebenarnya.
7. Tanda Peta
Tanda Peta adalah gambar bagaian-bagaian atau benda-benda medan yang digambarkan dengan tanda-tanda tertentu dan telah ditentukan
8. Garis Kontur atau Garis Ketinggian
Garis ketinggian adalah merupakan garis perbatasan bidang yang merupakan tempat kedudukan titik-titik dengan ketinggian sama terhadap bidang referensi (pedoman) acuan tertentu. Garis kontur adalah gambaran bentuk permukaan bumi pada peta topografi. Garis kontur dimaksudkan untuk mengetahui ketingian suatu daerah atau tempat dari permukaan laut dan juga dapat digunakan untuk mengenali atau mengetahui keadaan medan yang sebenarnya dilapangan.
 SHAPE  \* MERGEFORMAT




Ciri – ciri garis kontur
1.      Garis kontur yang lebih rendah selalu mengelilingi garis ketinggian yanglebih tinggi, kecuali pada awal. Pada kawah garis konturnya ditambahkan titik – titik yang lebih tinggi mengelilingi kontur yang lebih rendah.
2.      Kerapatan garis kontur yang berubah – ubah tidak memengaruhi beda ketinggian garis kontur tersebut.
3.      Untuk daerah datar/landai gambar konturnya jarang – jarang, sedangkan untuk daerah yang terjal atau curam garis konturnya rapat.
4.      Pungungan gunung/bukit terlihat di peta sebagai rankaian kontur berbentuk ”U” yang menjorok keluar menjauhi puncak.
5.      Lembah terlihat dipeta sebagai huruf ”V” yang ujungnya tajam dan menjorok ke dalam kearah puncak.
6.      Garis kontur terdiri dari dua macam, garis kontur tebal yang dikenal dengan nama ”intermediate countour” dan garis kontur tipis yang dikenal dengan nama ”index countour” atau disebut juga internal kontur. Untuk peta terbitan bakosurtanal, garis kontur yang tipis atau yang berada diantara dua garis kontur tebal berjumlah tiga buah garis kontur dan selang garis konturnya untuk peta skala 1:50.000 adalah 25 meter, sedangkan untuk skala peta 1:25.000 adalah 12,5 meter.
Macam – macam tinggi
1. Tinggi Mutlak:
a)      Diukur dari permukaan laut, merupakan standardisasi penukuran.
b)      Pengukuran dilakukan pada waktu pasang surut. Tempat pengukurannya dinamakan Peil.
c)      Tiggi mutlak digunakan sebagai titik yang menunjang ketiggian sebenarnya dari permukaan laut.
d)     Tinggi mutlak juga digunakan untuk mengetahui tinggi nisbi relatif.
2. Tinggi Nisbi:
a)      Diukur dari tempat di mana benda itu berada.biasanya pengukuran dilakukan/diambil dari permukaan tanah.
b)      Tinggi nisbi merupakan perbedan tingi dari dua titik atau tempat yang diukur.
c)      Tinggi nisbi dari tiap – tiap tempat tidak selalu sama. Artinya, mungkin bisa sama mungkin pula tidak sama.
 SHAPE  \* MERGEFORMAT




II. PENGENALAN KOMPAS
          Kompas adalah peralatan umum yang paling dikenal dan paling populer di dunia sebagai alat petunjuk arah. Kompas mempunyai jarum yang berfungsi menunjukkan arah mata angin. Kompas mempunyai pembagian arah mata angin sebanyak 32 buah dan garis pembagi derajat dari 0o samapi 359o, arah yang ditunjukkan oleh jarum kompas inilah yang dikenal dengan sebutan arah medan magnetik bumi, bukan arah kutub yang sebenarnya.

Bagian-bagian kompas
1. Jarum kompas/jarum magnet
Jarum kompas merupakan bagian terpenting pada sebuah kompas. Jarum ini dibuat dengan menggunakan magnet.
2. Piringan derajat
di dalam kompas ada lingkaran yang terdiri atas garis-garis. Garis ini dikenal dengan garis pembagi skala derajat. Cara membaca skala derajat ini searah dengan jarum jam yang dimulai dari arah utara magnetis, kemudian melingkar menuju titik utara magnetis, kemudian melingkar menuju titik utara magnetis kembali.
3. Skala piringan derajat
Ada banyak macam untuk skala piringan derajat ini. Pembagian derajat internasional atau standarnya adalah seperti sudut lingkaran yaitu 360o. kompas militer mempunyai skala 6.000’: 6.300’ atau 64.00’
4. Rumah Kompas
Merupakan tempat bagian kompas tersebut berada. Didalam rumah kompas biasanya juga diberi cairan bening sebagai penangkal luar. Cairan ini berfungsi melindingi kompas terutama dalam suhu -4oC sampai 50 oC

Pada umumnya para pendaki mengenal dua tipe kompas yang sering mereka gunakan di
lapangan. Kedua macam kompas tersebut adalah :
1. Kompas bidik atau kompas Prisma
kompas ini umumnya digunakan oleh militer, ettapi tidak menutup kemungkinan bagi pendaki gunung untuk memakainya.
 SHAPE  \* MERGEFORMAT



2. Kompas protaktor/orientasi
Kompas jenis ini sudah dilengkapi dengan busur derajat dan penggaris. Kompas ini
sangat mudah digunakan. Terkadang kompas ini dilengkapi alat bidik. Jenis kompas ini banyak digunakan oleh kalangan penggiat kegiatan orientenering. Di Indonesia kompas ini dikenal dengan sebutak kompas Silva
 SHAPE  \* MERGEFORMAT


MEMAKAI PETA DAN KOMPASDALAM SATU KESATUAN
A. MENGHITUNG HARGA INTERVAL KONTUR
Pada peta skala 1 : 50.000 dicantumkan interval konturnya 25 meter. Untuk mencari interval kontur berlaku rumus 1/2000 x skala peta. Tapi rumus ini tidak berlaku untuk semua peta, pada peta GUNUNG MERAPI/1408-244/JICA TOKYO- 1977/1:25.000, tertera dalam legenda peta interval konturnya 10 meter sehingga berlaku rumus 1/2500 x skala peta. Jadi untuk penentuan interval kontur belum ada rumus yang baku, namun dapat dicari dengan:
1. Cari dua titik ketinggian yang berbeda atau berdekatan. Misal titik A dan B.
2. Hitung selisih ketinggiannya (antara A dan B).
3. Hitung jumlah kontur antara A dan B.
4. Bagilah selisih ketinggian antara A - B dengan jumlah kontur antara A - B, h
              asilnya adalah Interval Kontur.
B. MENGENAL TANDA MEDAN
Selain tanda pengenal yang terdapat pada legenda peta, untuk keperluan orientasi harus juga digunakan bentuk-bentuk bentang alam yang mencolok di lapangan dan mudah dikenal di peta, disebut Tanda Medan. Beberapa tanda medan yang dapat dibaca pada peta sebelum berangkat ke lapangan, yaitu:
1. Lembah antara dua puncak
2. Lembah yang curam
3. Persimpangan jalan atau Ujung desa
4. Perpotongan sungai dengan jalan setapak
5. Percabangan dan kelokan sungai, air terjun, dan lain-lain.
Untuk daerah yang datar dapat digunakan:
1. Persimpangan jalan
2. Percabangan sungai, jembatan, dan lain-lain.
C. MENGGUNAKAN PETA
Pada perencanaan perjalanan dengan menggunakan peta topografi, sudah tentu titik awal dan titik akhir akan diplot di peta. Sebelum berjalan catatlah:
1. Koordinat titik awal (A)
2. Koordinat titik tujuan (B)
3. Sudut peta antara A - B
4. Tanda medan apa saja yang akan dijumpai sepanjang lintasan A - B
5. Berapa panjang lintasan antara A - B dan berapa kira-kira waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan lintasan A -B.
Yang perlu diperhatikan dalam melakukan suatu operasi adalah
a) Kita harus tahu titik awal keberangkatan kita, baik di medan maupun di peta.
b) Gunakan tanda medan yang jelas baik di medan dan di peta.
c) Gunakan kompas untuk melihat arah perjalanan kita, apakah sudah sesuai dengan tanda medan yang kita gunakan sebagai patokan, atau belum.
d) Perkirakan berapa jarak lintasan. Misal medan datar 5 krn ditempuh selama 60 menit dan medan mendaki ditempuh selama 10 menit.
e) Lakukan orientasi dan resection, bila keadaannya memungkinkan.
f) Perhatikan dan selalu waspada terhadap adanya perubahan kondisi medan dan perubahan arah perjalanan. Misalnya dari pnggungan curam menjadi punggungan landai, berpindah punggungan, menyeberangi sungai, ujung lembah dan lainlainnya.
g) Panjang lintasan sebenarnya dapat dibuat dengan cara, pada peta dibuat lintasan dengan jalan membuat garis (skala vertikal dan horisontal) yang disesuaikan dengan skala peta. Gambar garis lintasan tersebut (pada peta) memperlihatkan kemiringan lintasan juga penampang dan bentuk peta. Panjang lintasan diukur dengan mengalikannya dengan skala peta, maka akan didapatkan panjang lintasan sebenarnya.
D. MEMAHAMI CARA PLOTTING DI PETA
     Plotting adalah menggambar atau membuat titik, membuat garis dan tandatanda tertentu di peta. Plotting berguna bagi kita dalam membaca peta. Misalnya Tim Bum berada pada koordinat titik A (3986 : 6360) + 1400 m dpl. SMC memerintahkan Tim Buni agar menuju koordinat titik T (4020 : 6268) + 1301 mdpl. Maka langkah-langkah yang harus dilakukan adalah :
a. Plotting koordinat T di peta dengan menggunakan konektor. Pembacaan dimulai dari sumbu X dulu, kemudian sumbu Y, didapat (X:Y).
b. Plotting sudut peta dari A ke T, dengan cara tank garis dari A ke T, kemudian dengan busur derajat/kompas orientasi ukur besar sudut A - T dari titik A ke arah garis AT. Pembacaan sudut menggunakan Sistem Azimuth (0" -360°) searah putaran jarum Jain. Sudut ini berguna untuk mengorientasi arah dari A ke T.
c. Interprestasi peta untuk menentukan lintasan yang efisien dari A menuju T. Interprestasi ini dapat berupa garis lurus ataupun berkelok-kelok mengikuti jalan setapak, sungai ataupun punggungan. Harus dipaharni betul bentuk garis garis kontur.
Plotting lintasan dan memperkirakan waktu tempuhnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu tempuh :
a. Kemiringan lereng + Panjang lintasan
b. Keadaan dan kondisi medan (misal hutan lebat, semak berduri atau gurun pasir).
c. Keadaan cuaca rata-rata.
d. Waktu pelaksanaan (yaitu pagi slang atau malam).
e. Kondisi fisik dan mental serta perlengkapan yang dibawa.
E. MEMBACA KOORDINAT
Cara menyatakan koordinat ada dua cara, yaitu:
1. Cara Koordinat Peta
Menentukan koordinat ini dilakukan diatas peta dan bukan dilapangan.
Penunjukkan koordinat ini menggunakan:
a. Sistem Enam Angka Misal, koordinat titik A (374;622), titik B (377;461)
b. Cara Delapan Angka Misal, koordinat titik A (3740;6225), titik B (3376;4614)
2. Cara Koordinat Geografis
Untuk Indonesia sebagai patokan perhitungan adalah Jakarta yang dianggap 0 atau 106° 4$' 27,79". Sehingga di wilayah Indonesia awal perhitungan adalah kota Jakarta. Bila di sebelah barat kota Jakarta akan berlaku pengurangan dan sebaliknya. Sebagai patokan letak lintang adalah garis ekuator (sebagai 0). Untuk koordinat geografis yang perlu diperhatikan adalah petunjuk letak peta.
F. SUDUT PETA
     Sudut peta dihitung dari utara peta ke arah garis sasaran searah jarum jam. Sistem pembacaan sudut dipakai Sistem Azimuth (0° - 360°). Sistem Azimuth adalah sistem yang menggunakan sudut-sudut mendatar yang besarnya dihitung atau diukur sesuai dengan arah jalannya jarum jam dari suatu garis yang tetap (arah utara). Bertujuan untuk menentukan arah-arah di medan atau di peta serta untuk melakukan pengecekan arah perjalanan, karena garis yang membentuk sudut kompas tersebut adalah arah lintasan yang menghubungkan titik awal dan akhir perjalanan. Sistem penghitungan sudut dibagi menjadi dua, berdasar sudut kompasnya.
AZIMUTH : SUDUT KOMPAS
BACK AZIMUTH : Bila sudut kompas > 180° maka sudut kompas dikurangi 180°. Bila sudut kompas < 1800 maka sudut kompas ditambah 180°.
G. TEKNIK MEMBACA PETA
     Prinsipnya . " Menentukan posisi dari arah perjalanan dengan membaca peta dan menggunakan teknik orientasi dan resection, bila keadaan memungkinkan " Titik Awal : Kita harus tahu titik keberangkatan kita, balk itu di peta maupun di lapangan. Plot titik tersebut di peta dan catat koordinatnya.
1. Tanda Medan : Gunakan tanda medan yang jelas (punggungan yang menerus, aliran sungai, tebing, dll) sebagai guide line atau pedoman arah perjalanan. Kenali tanda medan tersebut dengan menginterpretasikan peta.
2. Arah Kompas : Gunakan kompas untuk melihat arah perjalanan kita. Apakah sesuai dengan arah punggungan atau sungai yang kita susuri.
3. Taksir Jarak : Dalam berjalan, usahakan selalu menaksir jarak dan selalu memperhatikan arah perjalanan. Kita dapat melihat kearah belakang dan melihat jumlah waktu yang kita pergunakan. Jarak dihitung dengan skala peta sehingga kita memperoleh perkiraan jarak di peta. Perlu diingat, bahwa taksiran kita itu tidak pasti.



BIVAK ALAM

          Bivak tempat berteduh dan bermalam di belantara. Sepintas lalu memang terkesan seadanya. Membuat tempat perlindungan jadi penting ketika terjadi hal-hal darurat. Padahal, bivak tak hanya dibuat ketika darurat saja, tetapi juga dipakai pada saat membuat camp sementara. Faktor kenyamanan juga turut berbicara di sini. Pastinya, membuat bivak tidak ada bedanya dengan kita membuat rumah dalam kehidupan sehari-hari. Dan jangan lupa, sering-sering berguru pada masyarakat lokal dan suku-suku di pedalaman.
Ada beberapa syarat yang harus diperhatikan ketika kita memutuskan untuk membuat bivak, yaitu jangan sekali-kali membuat bivak pada daerah yang berpotensi banjir pada waktu hujan. Di atas bivak hendaknya tak ada pohon atau cabang yang mati atau busuk. Ini bisa berbahaya kalau runtuh. Juga jangan di bawah pohon kelapa karena jatuhnya kelapa bisa saja terjadi tiba-tiba.
Di daerah tempat kita akan mendirikan bivak hendaknya bukan merupakan sarang nyamuk atau serangga lainnya. Kita juga perlu perhatikan bahan pembuat bivak. Usahakan bivak terbuat dari bahan yang kuat dan pembuatannya baik, sebab semuanya akan menentukan kenyamanan.
Menurut N.S. Adiyuwono, seorang penggiat alam terbuka, bahan dasar untuk membuat bivak bisa bermacam-macam. Ada yang dibuat dari ponco (jas hujan plastik), lembaran kain plastik atau memanfaatkan bahan-bahan alami, seperti daun-daunan, ijuk, rumbia, daun palem, dan lainnya. Tapi yang paling penting, kesemua bahan dasar tadi sanggup bertahan ketika menghadapi serangan angin, hujan atau panas.
 






         

          Selain bahan yang bermacam-macam, bentuk bivak pun amat beragam. Semuanya disesuaikan dengan kebutuhan. Tak harus berbentuk kerucut atau kubus, modelnya bisa apa saja. Ini amat bergantung pada kreativitas kita sendiri. Membuat bivak merupakan seni tersendiri karena kreasi dan seni seseorang bisa dicurahkan pada hasilnya.
Sebagai contoh, o­ne man bivak. Pembuatannya dengan menancapkan kayu cagak sebagai tiang pokok yang tingginya sekitar 1,5 meter. Letakkan di atasnya sebatang kayu yang panjangnya kira-kira dua meter. Ujungnya diikat kuat yang biasanya memakai patok. Lalu sandarkan potongan kayu yang lebih kecil di atasnya, yang berfungsi untuk menahan dedaunan yang akan jadi atap ”rumah” kita.
          Bentuk lain dari alam yang bisa dimanfaatkan sebagai bivak yaitu gua, lekukan tebing atau batu yang cukup dalam, lubang-lubang dalam tanah dan sebagainya. Apabila memilih gua, Adiyuwono mewanti-wanti agar kita bisa memastikan tempat ini bukan persembunyian satwa. Gua yang akan ditinggali juga tak boleh mengandung racun. Cara klasik untuk mengetahui ada tidaknya racun adalah dengan memakai obor. Kalau obor tetap menyala dalam gua tadi artinya tak ada racun atau gas berbahaya di sekitarnya.
          Kita juga bisa memanfaatkan tanah berlubang atau tanah yang rendah sebagai tempat berlindung. Tanah yang berlubang ini biasanya bekas lubang perlindungan untuk pertahanan, bekas penggalian tanah liat dan lainnya. Pastikan tempat-tempat tersebut tidak langsung menghadap arah angin. Kalau terpaksa menghadap angin bertiup kita bisa membuat dinding pembatas dari bahan-bahan alami. Selain menahan angin, dinding ini bertugas untuk menahan angin untuk tidak meniup api unggun yang dibuat di muka pintu masuk. (SH/bayu dwi mardana)










FILOSOFI PECINTA ALAM
          Filosofi artinya sejarah, sedangkan pecinta alam adalah cara pandang seorang pecinta alam atau sikap peduli terhadap alam. Tapi menurut definisi pecinta alam yang telah dirumuskan dalam kongres kedua forum komunikasi keluarga besar pecinta alam sebandung raya (FK-KBPA-BR) tahun 2002 di batu kuda, gunung Manglayang kab. Bandung menetapkan definisi pecinta alam.”
”Sekelompok manusia, yang bertaqwa kepada tuhan Yme, terdidik, bertanggung jawab, dan bertujuan untuk menjaga, serta memelihara alam.”
Definisi dalam fungsi turunan/bagiannya telah ditetapkan oleh FK-KBPA-BR diatas dapat dijelaskan.
1. Sekelompok manusia
-  Azaz tatadiri universal
Sekumpulan manusia yang berarti bukan perseorangan, melainkan senantiasa berupa kelompok manusia (orang) atau sebuah system. Pecinta alam bukan lagi berupa individu layaknya awalan “pe” dalam kata pecinta alam. Melainkan sebuah sistim nilai kepecinta alaman itu sendiri.
2. Yang bertaqwa kepada Tuhan YME
-  Memelihara komunikasi, kebutuhan ilmu dan tujuan hakikat/subtansialnya.
Pengertian taqwa dalam rumusan dari Alm. Prof. Hamka adalah senantiasa memelihara hubungan dengan allah, dimana fungsi serta aktifitas pemeliharaan akan senantiasa membutuhkan ilmu, namun ilmu semata-mata ditujukan hanya dalam konteks “memelihara” hubungan komunikasi dengan Allah saja. Bukan dijadikan alat untuk takabur diri, machoisme-jagoan.
3. Terdidik
-  Sistem, proses dan jenjeng pendidikan.
Terdidik dalam pengertian telah melalui proses pembinaan, pendidikan, dan pelatihan berjenjang, sesuai kurikulum dunia kepecinta alaman itu sendiri.
Proses pendidikan serta jenjang yang akan ditempuh mencakup suatu proses sbb :
a.       Klasifikasi bakat dan minat
b.      Penyamaan persepsi dan penghayatan
c.       Meningkatkan tingkat kualifikasi diri melalui pendidikan standar (enrichment) seperti adanya ekspedisi.
d.      Mempunyai tingkat kompentasi yang diakui oleh linkungan kompentensi akan membuat seorang sah mendapatkan posisi yang diakui/eksistensi
e.       Posisi tadi akan memberiakan gambaran pemandangan atau sebuah visi kedepan baik secara sektoral (sudut pandang) dan paradigmanya (cara pandang)
f.       Visi akan melahirkan misi yang bersifat kualitatif
g.      Visi dirumuskan dalam bentuk rencana-rencana seperti : rencana strategis, rencana teknis
4. Bertanggung jawab
Ø  Cinta dan komitmen
Bertanggung jawab yang paling mendasar adalah melakukan apa yang menjadi komitmenya,secara konsikwen dan konsisten. Dihubungkan dengan konsep cin ta,yang harus memiliki kualits-kualitas secara fisik,gairah,posision,serta rela berkorban dengan seluruh resiko<sebagai konsekmensi logis.
5. Tujuan                                                                                                
 > Azas manfaat dan kosep kesadran
Konsekwen dari kesadaran,haruslah tetap mengacu kemasa depan atau lebih tepatnya,”manfaat apa yang mamapu saya berikan dimasa yang akan datang”dalam kaca mata nilai dihadapan Tuhan,manusia yang paling berrti dihadapannya adalah mereka yang bermanfaat bagi lingkungannya.sehimgga manfaatdalam konsep tujuan menjadi sebuah keniscayaan.
     6. Menjaga
                      > Machois,logis,reduksionis,parsialis,analitis.
Menjaga adalah tugas laki-laki dengan sifat kelelakiannya.seperti mengunakan daya nalar,memecah/reduksionis,penelitian fragmentasi/parsialis dengan menggunakan daya analisa yang kadang disertai dengan sifat-sifat ekspansi-eksploitatif.
7. memelihara
                      > feminis ekologis,intuitif,integratif,sintetis
Memelihara adalah tugas dan fungsi dari sifat-sifat kewanitaan. Seperti menggunakan daya intuising serta rasa,berfikir integrative,memberdayakan aspek sintesa dan lebih menekankan pada kosep ekologis yangt damai,ramah dan bersifat alamiah (ecolabelling)
            8. Alam
 > Kesatuan marco dan micro cosmos serta kesisteman
Dalam hal ini tinjauan alam bukan dalam pengertian yang sempit,seperti halnya sebatas tataran dengan panca indrera kita saja.namun alam tersebut dikembangkan dari micro sampai dengan macro cosmos sebagai sebuah tataran alam bertingkkat bdan alam manusia berada integratif didalamnya.alam manusia bukan alam yang terpisah/ruang
Ruangn itu adalah alam itu sendiri sehingga tidak ada pemisahan signifikan antara ruang dan isinya melainkan keduanya bergabung dalam wujud”Alam”.mencintai alam adalah dirinya sendiri karena pengrtian “Alam” suudah mencakup “ruang dan isinya” yaitu manusia itu sendiri.

         


















SURVIVAL
Arti survival sendiri terdapat berbagai macam versi, yang akan kita bahas di sini hanyalah menurut versi pencinta alam.
S : Sadar dalam keadaan gawat darurat
U : Usahakan untuk tetap tenang dan tabah
R : Rasa takut dan putus asa hilangkan
V : Vitalitas tingkatkan
I : Ingin tetap hidup dan selamat itu tujuannya
V : Variasi alam bisa dimanfaatkan
A : Asal mengerti, berlatih dan tahu caranya
L : Lancar, slaman, slumun, slamet
Jika anda tersesat atau mengalami musibah, ingat-ingatlah arti survival ini, agar dapat membantu anda keluar dari kesulitan. Dan yang perlu ditekankan jika anda tersesat yaitu istilah “STOP” yang artinya :
S : Stop & seating / berhenti dan duduklah
T : Thingking / berpikirlah
O : Observe / amati keadaan sekitar
P : Planning / buat rencana mengenai tindakan yang harus dilakukan

Mengapa Ada Survival ?
          Timbulnya kebutuhan survival karena adanya usaha manusia untuk keluar dari kesulitan yang dihadapi. Kesulitan-kesulitan tsb antara lain :
1. Keadaan alam (cuaca dan medan)
2. Keadaan mahluk hidup disekitar kita (binatang dan tumbuhan)
3. Keadaan diri sendiri (mental, fisik, dan kesehatan)
4. Banyaknya kesulitan-kesulitan biasanya timbul akibat
5. kesalahan-kesalahan kita sendiri.

Kebutuhan Survival
Yang harus dipunyai oleh seorang survivor
1. Sikap mental
a.       Semangat untuk tetap hidup
b.      Kepercayaan diri
c.       Akal sehat
d.      Disiplin dan rencana matang
e.       Kemampuan belajar dari pengalaman
2. Pengetahuan
a.       Cara membuat bivak
b.      Cara memperoleh air
c.       Cara mendapatkan makanan
d.      Cara membuat api
e.       Pengetahuan orientasi medan
f.       Cara mengatasi gangguan binatang
g.      Cara mencari pertolongan
          3. Pengalaman dan latihan
a.       Latihan mengidentifikasikan tanaman
b.      Latihan membuat trap, dll
4. Peralatan
a.       Kotak survival
b.      Pisau jungle , dll
5. Kemauan belajar
 Langkah yang harus ditempuh bila saudara atau kelompok anda tersesat :
a.       Mengkoordinasi anggota
b.      Melakukan pertolongan pertama
c.       Melihat kemampuan anggota
d.      Mengadakan orientasi medan
e.       Mengadakan penjatahan makanan
f.       Membuat rencana dan pembagian tugas
g.      Berusaha menyambung komunikasi dengan dunia luar
h.      Membuat jejak dan perhatian
i.     Mendapatkan pertolongan


Bahaya-bahaya dalam survival
Banyak sekali bahaya dalam survival yang akan kita hadapi, antara lain :
1. Ketegangan dan panik
Pencegahan :
a.    Sering berlatih
b.    Berpikir positif dan optimis
c.    Persiapan fisik dan mental
2. Matahari / panas
a.    Kelelahan panas
b.    Kejang panas
c.    Sengatan panas
a.       Keadaan yang menambah parahnya keadaan panas :
d.   Penyakit akut/kronis
e.    Baru sembuh dari penyakit
f.     Demam
g.    Baru memperoleh vaksinasi
h.    Kurang tidur
i.      Kelelahan
j.      Terlalu gemuk
k.    Penyakit kulit yang merata
l.      Minum alkohol
m.  Dehidrasi
Pencegahan keadaan panas :
a.    Persedian air
b.    Mengurangi aktivitas
c.    Garam dapur
d.   Pakaian yang dipakai longgar, berlengan panjang, celana pendek, dan kaos oblong
          3. Serangan penyakit
a.    Demam
b.    Disentri
c.    Typus
d.   Malaria
4. Kemerosotan mental
Gejala : Lemah, lesu, kurang dapat berpikir dengan baik, histeris
Penyebab : Kejiwaan dan fisik lemah
Keadaan lingkungan mencekam
Pencegahan : Usahakan tenang
Banyak berlatih 
5. Bahaya binatang beracun dan berbisa
Keracunan
Gejala : Pusing dan muntah, nyeri dan kejang perut, kadang-kadang
mencret, kejang-kejang seluruh badan, bisa pingsan.

Penyebab : Makanan dan minuman beracun
Pencegahan : Air garam di minum
Minum air sabun mandi panas
Minum teh pekat
Di tohok anak tekaknya

6. Keletihan amat sangat
Pencegahan : Makan makanan berkalori
Membatasi kegiatan
7. Kelaparan
8. Lecet
9. Kedinginan
     Untuk penurunan suhu tubuh < 30ƒ C bisa menyebabkan kematian

Membuat Bivak (Shelter)
Tujuan : untuk melindungi dari angin, panas, hujan, dingin
Jenis-jenis Shelter :
- Shelter asli alam
  Gua : Bukan tempat persembunyian binatang
- Shelter buatan dari alam
- Shelter buatan
          Syarat Shelter :
1.     Hindari daerah aliran air
2.     Di atas shelter tidak ada dahan pohon mati/rapuh
3.     Bukan sarang nyamuk/serangga
4.     Bahan kuat
5.     Jangan terlalu merusak alam sekitar
6.     Terlindung langsung dari angin
Mengatasi Gangguan Binatang
          1. Nyamuk
a.    Obat nyamuk, autan, dll
b.    Bunga kluwih dibakar
c.    Gombal dan minyak tanah dibakar kemudian dimatikan sehingga asapnya bisa mengusir nyamuk
d.   Gosokkan sedikit garam pada bekas gigitan nyamuk
          2.  Laron
  Mengusir laron yang terlalu banyak dengan cabe yang digantungkan
          3.  Lebah
Apabila disengat lebah :
a.    Oleskan air bawang merah pada luka berkali-kali
b.    Tempelkan tanah basah/liat di atas luka
c.    Jangan dipijit-pijit
d.    Tempelkan pecahan genting panas di atas luka 
          4.  Lintah
Apabila digigit lintah :
a.    Teteskan air tembakau pada lintahnya
b.    Taburkan garam di atas lintahnya
c.    Teteskan sari jeruk mentah pada lintahnya
d.   Taburkan abu rokok di atas lintahnya
          5.  Semut
a.    Gosokkan obat gosok pada luka gigitan
b.    Letakkan cabe merah pada jalan semut
c.    Letakkan sobekan daun sirih pada jalan semut
          6. Kalajengking dan lipan
a.    Pijatlah daerah sekitar luka sampai racun keluar
b.    Ikatlah tubuh di sebelah pangkal yang digigit
c.    Tempelkan asam yang dilumatkan di atas luka
d.   Bobokkan serbuk lada dan minyak goreng pada luka
e.    Taburkan garam di sekeliling bivak untuk pencegahan
7. Ular
a.    kenali dahulu jenis ular, apakah berbisa atau tidak.
1)      Ular berbisa biasanya memiliki warna yang mencolok dan memiliki warna yang bervariasi
2)      bentuk kepala ular berbisa lebih runcing daripada ular tidak berbisa
b.    jika ular tidak berbisa maka cukup bersihkan luka, agar tidak infeksi
c.    jika ular berbisa maka:
1)      pertama ikat sekitar bagian tubuh yang terkena gigitan
2)      lalu perbesar sedikit luka dengan cara disayat dengan pisau bersih
3)      pijat-pijat sekitar luka jika perlu dihisap agar bisa keluar, namun jika dihisap jangan sampai tertelan dan segera berkumur dengan air garam atau alkohol
4)      siram bekas luka yang telah dikeluarkan bisanya dengan alkohol / air garam / air sabun
5)      segera bawa korban kerumah sakit untuk mendapat pertolongan lebih lanjut

Membuat Perangkap (Trap)
Macam-macam Perangkap :
3.        Perangkap model menggantung
4.        Perangkap tali sederhana
5.        Perangkap lubang jerat
6.        Perangkap menimpa
7.        Apace foot share
Bahan :
1.      Tali/Kawat
2.      Umpan
3.      Batang kayu
4.      Cabang pohon
5.      kembali ke atas
Membaca Jejak 
Jenis :
1.      Jejak buatan : dibuat oleh manusia
2.      Jejak alami : tanda jejak sebagai tanda keadaan lingkungan
3.      Jejak alami biasanya menyatakan tentang :
4.      Jenis binatang yang lewat
5.      Arah gerak binatang
6.      Besar kecilnya binatang
7.      Cepat lambatnya gerak binatang
 Membaca jejak alami dapat diketahui dari :
1.      Kotoran yang tersisa
2.      Pohon atau ranting yang patah
3.      Lumpur atau tanah yang tercecer di atas rumput

Air
Seseorang dalam keadaan normal dan sehat dapat bertahan sekitar 20 ñ 30 hari tanpa makan, tapi orang tsb hanya dapat bertahan hidup 3 - 5 hari saja tanpa air. 
Air yang tidak perlu dimurnikan :
1.      Hujan
2.      Tampung dengan ponco atau-daun yang lebar dan alirkan ke tempat penampungan
3.      Dari tanaman rambat/rotan
4.      Potong setinggi mungkin lalu potong pada bagian dekat tanah, air yang menetes dapat langsung ditampung atau diteteskan ke dalam mulut
5.      Dari tanaman
6.      Air yang terdapat pada bunga (kantung semar) dan lumut 
          Air yang harus dimurnikan terlebih dahulu :
1.    Air sungai besar
2.    Air sungai tergenang
3.    Air yang didapatkan dengan menggali pasir di pantai (+ 5 meter dari batas pasang surut)
4.    Air di daerah sungai yang kering, caranya dengan menggali lubang di bawah batuan
5.    Air dari batang pisang, caranya tebang batang pohon pisang, sehingga yang tersisa tinggal bawahnya lalu buat lubang maka air akan keluar, biasanya dapat keluar sampai 3 kali pengambilan

Makanan
Patokan memilih makanan :
1.    Makanan yang di makan kera juga bisa di makan manusia
2.    Hati-hatilah pada tanaman dan buah yang berwarna mencolok
3.    Hindari makanan yang mengeluarakan getah putih, seperti sabun kecuali sawo
4.    Tanaman yang akan dimakan di coba dulu dioleskan pada tangan-lengan-bibir-lidah, tunggu sesaat. Apabila aman bisa dimakan
5.    Hindari makanan yang terlalu pahit atau asam
 Hubungan air dan makanan
1.    Untuk air yang mengandung karbohidrat memerlukan air yang sedikit
2.    Makanan ringan yang dikemas akan mempercepat kehausan
3.    Makanan yang mengandung protein butuh air yang banyak
Tumbuhan yang dapat dimakanDari batangnya :
1.    Batang pohon pisang (putihnya)
2.    Bambu yang masih muda (rebung)
3.    Pakis dalamnya berwarna putih
4.    Sagu dalamnya berwarna putih
5.    Tebu
Tumbuhan yang dapat dimakan Dari daunnya :
1.    Selada air
2.    Rasamala (yang masih muda)
3.    Daun melinjo
4.    Singkong
5.    Akar dan umbinya :
6.    Ubi jalar, talas, singkong
Tumbuhan yang dapat dimakan Buahnya :
Arbei, asam jawa, juwet
Tumbuhan yang dapat dimakan seluruhnya :
Jamur merang, jamur kayu
              Ciri-ciri jamur beracun :
a.    Mempunyai warna mencolok
b.    Baunya tidak sedap
c.    Bila dimasukkan ke dalam nasi, nasinya menjadi kuning
d.   Sendok menjadi hitam bila dimasukkan ke dalam masakan
e.    Bila diraba mudah hancur
f.     Punya cawan/bentuk mangkok pada bagian pokok batangnya
g.    Tumbuh dari kotoran hewan
h.    Mengeluarkan getah putih
Binatang yang bisa dimakan:
1.    Belalang
2.    Jangkrik
3.    Tempayak putih (gendon)
4.    Cacing
5.    Jenis burung
6.    Laron
7.    Lebah , larva, madu
8.    Siput
9.    Kadal : bagian belakang dan ekor
10.  Katak hijau
11.  Ular : 1/3 bagian tubuh tengahnya
12.  Binatang besar lainnya

 Api
Bila mempunyai bahan untuk membuat api, yang perlu diperhatikan adalah jangan membuat api terlalu besar tetapi buatlah api yang kecil beberapa buah, hal ini lebih baik dan panas yang dihasilkan merata.
1.    Dengan lensa / Kaca pembesar Fokuskan sinar pada satu titik dimana diletakkan bahan yang mudah terbakar.
2.    Gesekan kayu dengan kayu.
3.    Cara ini adalah cara yang paling susah, caranya dengan menggesek-gesekkan dua buah batang kayu sehingga panas dan kemudian dekatkan bahan penyala, sehingga terbakar
4.    Busur dan gurdi
5.    Buatlah busur yang kuat dengan mempergunakan tali sepatu atau parasut, gurdikan kayu keras pada kayu lain sehingga terlihat asap dan sediakan bahan penyala agar mudah tebakar.
6.    Bahan penyala yang baik adalah kawul terdapat pada dasar kelapa, atau daun aren




 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

MATERI MOUNTAINEERING

          Secara bahasa arti kata Mountaineering adalah teknik mendaki gunung. Ruang lingkup kegiatan Mountaineering sendiri meliputi kegiatan sebagai berikut. :
Hill Walking
          Hill walking atau yang lebih dikenal sebagai hiking adalah sebuah kegiatan mendaki daerah perbukitan atau menjelajah kawasan bukit yang biasanya tidak terlalu tinggi dengan derajat kemiringan rata-rata di bawah 45 derajat. Dalam hiking tidak dibutuhkan alat bantu khusus, hanya mengandalkan kedua kaki sebagai media utamanya. Tangan digunakan sesekali untuk memegang tongkat jelajah (stock atau tongkat pandu) sebagai alat bantu. Jadi hiking ini lebih simpel dan mudah untuk dilakukan.

Scrambling    
          Level berikutnya dalam mountaineering adalah scrambling. Dalam pelaksanaannya, scrambling merupakan kegiatan mendaki gunung ke wilayah-wilayah dataran tinggi pegunungan (yang lebih tinggi dari bukit) yang kemiringannya lebih ekstrim (kira-kira di atas 45 derajat). Kalau dalam hiking kaki sebagai ‘alat’ utama maka untuk scrambling selain kaki, tangan sangat dibutuhkan sebagai penyeimbang atau membantu gerakan mendaki. Karena derajat kemiringan dataran yang lumayan ekstrim, keseimbangan pendaki perlu dijaga dengan gerakan tangan yang mencari pegangan. Dalam scrambling, tali sebagai alat bantu mulai dibutuhkan untuk menjamin pergerakan naik dan keseimbangan tubuh.
Climbing
          Berbeda dengan hiking dan scrambling, level mountaineering yang paling ekstrim adalah climbing! Climbing mutlak memerlukan alat bantu khusus seperti karabiner, tali panjat, harness, figure of eight, sling, dan sederetan peralatan mountaineering lainnya. Kebutuhan alat bantu itu memang sesuai dengan medan jelajah climbing yang sangat ekstrim. Bayangkan saja, kegiatan climbing ini menggunakan wahana tebing batu yang kemiringannya lebih dari 80 derajat! untuk melakoni mountaineering ini tentu saja dibutuhkan kesiapan fisik yang mantap

          Secara garis besarnya untuk melakoni mountaineering pastikan tubuh kalian dalam kondisi sehat, fit, dan stamina oke. Untuk itu olahraga teratur sangat mutlak. Selain itu, kau harus bebas dari semua phobia akan hal-hal yang berkaitan dengan tempat-tempat tinggi dan punya kesiapan rencana yang mantap.
Peralatan dasar kegiatan alam bebas seperti ransel, vedples (botol air), sepatu gunung, pakaian gunung, tenda, misting (rantang masak outdoor), kompor lapangan, topi rimba, peta, kompas, altimeter, pisau, korek, senter, alat tulis, dan matras mutlak dibutuhkan selain alat bantu khusus mountaineering seperti tali houserlite/kernmantel, karabiner, figure of eight, sling, prusik, bolt, webbing, harness, dan alat bantu khusus lainnya yang dibutuhkan sesuai level kegiatannya.





            





















CAVING (Penelusuran Gua)
Gua adalah lingkungan yang unik dan rentan, untuk itu harus dikonservasi secara aktif jika mungkin dipelihara sesuai dengan kondisi aslinya. Alasan dari kerentanannya adalah bahwa membutuhkan banyak waktu untuk membentuk suatu fitur, sebuah formasi kalsit yang dirusak caver yang kikuk dapat membutuhkan waktu ribuan tahun untuk perbaikan. Bagaimanapun, bentukan bukan satu-satunya di dalam gua yang harus dilindungi, Fauna & Flora (binatang (termasuk kelelawar), pakis, jamur, dll) cenderung sungguh jarang dan dalam beberapa kasus mungkin hanya didapati pada satu gua tau kelompok gua. Banyak gua mengandung peninggalan arkeologi, baik manusia dan tumbuhan atau fitur penting (tentu saja tambang adalah fitur sejarah itu sendiri).
Caving adalah olah raga rekreasi menjelajahi gua. Tantangan dari olah raga ini tergantung dari gua yang dikunjungi, tapi seringkali termasuk negosiasi lubang, kelebaran, dan air. Pemanjatan atau perangkakan sering dilakukan dan tali juga diguanakan di banyak tempat. Caving kadangkala dilakukan hanya untuk kenikmatan melakukan aktivitas tersebut atau untuk latihan fisik, tetap awal penjelajahan, atau ilmu fisik dan biologi juga memegang peranan penting. Sistem gua yang belum dijelajahi terdiri dari beberapa daerah di Bumi dan banyak usaha dilakukan untuk mencari dan menjelajahi mereka. Di wilayah yang telah dijelajahi (seperti banyak negara dunia pertama), kebanyakan gua telah dijelajahi, dan menemukan gua baru seringkali memerlukan penggalian gua atau penyelaman gua
Peralatan Penelusuran Gua
Peralatan dalam penelusuran gua sangat penting bagi keamanan penelusur itu sendiri, karena dengan peralatan itulah penelusuran dapat dilakukan dengan baik. peralatan itu dapat dibagi menjadi dua katagori :
A. Perlengkapan pribadi :
1.      Lampu, syaratnya harus bisa ditempelkan pada helm. Helm, diusahakan yang tidak mudah pecah. Jika ternyata pecah tidak akan melukai kepala.
2.      Coverall (Werkpak), dengan warna yang menyolok.
3.      Sarung tangan, sebaiknya dari kulit yang lemas atau karet.
4.      Sepatu, usahakan yang tinggi sehingga dapat melindungi dari gigitan binatang berbisa atau terkilirnya pergelangan kaki.
5.      Sumber cahaya cadangan, bisa berupa lilin senter korek api.
6.      Peluit, sebagai alat komunikasi darurat.
Perlengkapan tersebut hanya dapat dipergunakan untuk gua Horisontal (datar), atau gua yang agak rumit hingga memerlukan keterampilan untuk mendaki dan menuruni secara bebas tanpa peralatan (Free Climbing).
Perlengkapan pribadi ini harus diperluas apabila hendak melakukan penelusuran dalam jangka waktu yang lama, banyak terdapat air dan banyak memiliki lorong.
Alat-alat yang perlu ditambah yaitu :
1.      Tempat air minum, dibutuhkan bila penelusuran lebih dari 3 jam, dapat pula untuk mengisi tabung karbit.
2.      Makanan, harap dibawa jika menelusuri gua lebih dari 6 jam.
3.      Pakaian, yang kering luar dan dalam.
4.      Pelampung, untuk berenang.
5.      Masker hidung, ini terutama digunakan untuk gua yang banyak Guano-nya (penyebab sakit paru-paru).
6.      Alat tulis kedap air, untuk penelusuran yang rumit dan jauh sebagai catatan perjalanan dan untuk keperluan pemetaan.
7.      Peralatan pemetaan, klinometer, rollmeter, kompas prisma, altimeter, barometer, thermometer dan tripod.
8.      Alat penunjuk jalan, alat ini bisa berupa bendera, benang dll. dipergunakan untuk gua yang banyak lorongnya.
9.      Jam tangan kedap air, penunjuk waktu yang akurat sangat penting dalam penelusuran.
10.  Alat fotografi, untuk keperluan dokumentasi diperlukan kamera SLR, lampu kilat minimum 2 unit, aneka lensa filter, lensa zoom, shutter release, tripod dan bila ada kamera tahan air.

Untuk melakukan eksplorasi gua vertikal atau sumuran, tentunya peralatan tersebut diatas tidak memadai. Untuk keperluan tersebut dikenal suatu cara yang disebut SRT (Single Rope Technique) atau teknik menaiki dan menuruni tali tunggal, maka kita harus melengkapi dengan alat lainnya yaitu :
1.      Sit Harnes (dada), tali pengaman dada.
2.      Harnes duduk, tali pengaman/tambatan pinggang
3.      Buntut sapi (Cow’s Tails) atau tali pengaman darurat.
4.      Maillon Rapide (Delta), penyambung harnes dan tempat mengait alat.
5.      Croll (Chest Jammer) alat menaiki tali.
6.      Hand Jammer, alat menaiki tali.
7.      Decender, alat untuk menuruni tali.
8.      Tali prusik, 2 pasang.
9.      Webbing, tali pita.
B. Perlengkapan kolektif :
Peralatan ini sangat dibutuhkan untuk kegiatan bersama (beregu) dan harus ada seseorang yang bertanggung jawab pada peralatan tersebut. Pemeliharaan barang kolektif ini sebaiknya dilakukan bersama dan dapat juga ditugaskan kepada satu orang. Sebaiknya yang memelihara alat tersebut diserahkan pada orang yang mengerti pada peralatan tersebut, jangan diberikan pada pemula karena sensitifnya peralatan. Namun adakalanya kecenderungan dalam suatu organisasi untuk melimpahkan tanggung jawab tersebut pada pemula, dalam hal ini sangatlah tidak tepat.
1.      Tali, dalam hal ini mutlak diperlukan dalam kegiatan penelusuran gua vertikal. Alat ini sangat sensitif dan nyawa penelusur bergantung pada kualitas dan cara pemeliharaannya. Untuk penelusuran dipergunakan tali statik atau tali Speleo dan diperlukan yang berdiameter 9 - 11 mili. Untuk panjang tali disesuaikan dengan kebutuhan.
2.      Tangga kawat baja, sangat fleksibel dalam penggunaannya dan mudah dibawa. Sangat aman untuk melintasi air terjun terurtama jika rombongan sebagian besar kurang mampu menggunakan peralatan SRT. Tiap penggunaan tangga baja ini harus menggunakan pengaman (Safty line) tali dinamis.
3.      Tas besar (speleo bag), untuk tempat tali atau peralatan yang lainnya.
4.      Perahu karet, untuk mengarungi sungai atau danau.
5.      Pulley, sering disebut dengan katrol dan bermanfaat untuk Rescue.

Teknik Penulusuran Goa Horizontal

Medan pada gua horisontal sangat bervariasi, mulai pada lorong-lorong yang dapat dengan mudah di telusuri,sampai lorong yang membutuhkan teknik khusus untuk dapat Melewatinya.
a. Lumpur.
Lorong yang berlumpur dapat dengan mudah kalau lumpur tersebut tidak terlalu tebal. Tapi dalam kondisi lumpur setinggi lutut bahkan sampai setinggi perut, kita tidak mudah untuk melaluinya. Untuk melewatinya kita bergerak dengan posisi seperti berenang. Dengan posisi seperti ini akan lebih mudah bergerak dan menghemat tenaga.
b. Air.
Untuk kondisi lorong gua yang berair. terutama gua yang belum pernah di masuki kita tidak mengetahui kedalaman air dan kondisi di bawah permukaan air, untuk itu kita harus mengetahui prosedur dan mempunyai fasilitas pendukung. Syarat utama untuk melewati lorong yang berair adalah harus bisa berenang. Tetapi dengan kondisi lorong yang serba terbatas, teknik berenang dalam gua berbeda dengan berenang di kolam renang. Di sini kita memakai pakaian lengkap, sepatu bahkan mungkin membawa beban yang cukup berat. Pembagian team juga harus di sesuaikan, untuk leader ia tidak boleh membawa beban berat, karena leader harus membuat lintasan dan mempelajari kondisi medan. Dalam kondisi tertentu kita menggunakan pelampung, perahu karet terutama untuk lorong yang panjang dan berair dalam.
Ada juga lorong yang hampir semua di penuhi oleh air hanya ada ruangan sedikit yang tersisa. Untuk melewatinya kita harus melakukan DUCKING ( kepala menengadah). Kadang-kadang kita harus melepas helm untuk menambah ruang gerak kepala. Dalam kondisi tertentu kita melakukan ducking dengan jongkok, bahkan dengan berbaring kalau badan tidak dapat masuk seluruhnya.
Diving, adalah teknik penyelaman dengan alat bantu pernafasan dan pakaian khusus. Teknik ini di lakukan pada lorong yang seluruh bagiannya tertutup oleh air (sump, siphon). Untuk perbandingan resiko kematian di cave diving adalah 60% tewas. Sedang resiko caving 15 %. Dengan melihat perbandingan resiko kematian yang besar ini kita di tuntut untuk ekstra hati-hati, seyogyanya tidak meneruskan penelusuran jika tanpa alat pendukung yang standart.
c. Climbing.
Dalam suatu penelusuran gua terkadang kita menjumpai adanya water fall ataupun lorong yang terletak di atas kita. Untuk dapat meneruskan penelusuran kita harus menggunakan teknik-teknik Rock Climbing. Seperti memasang pengaman sisip dan bor tebing untuk pembuatan lintasan, yang melakukan adalah leader dan kemudian anggota yang lain melewatinya dengan SRT. Teknik rock climbing harus bisa di lakukan pada kondisi medan seperti :
* Aliran air yang deras dan kita tidak mengetahui kedalamannya.
* Gua yang berbentuk celah dan menyempit bagian dasarnya
* Sungai besar atau danau yang dalam.
* Pemasangan rigging pada waterfall.
* Menghindari calcite floor atau oolith floor.

Etika Penelusuran Goa

Menelusuri gua dapat dikerjakan untuk olah raga maupun untuk tujuan ilmiah.
Namun kedua kategori penelusur gua wajib menjunjung tinggi etika dan kewajiban
kegiatan penelusur gua ini agar lingkungan tidak rusak, agar para penelusur
gua ini agar lingkungan tidak rusak, agar para penelusur sadar akan bahaya-bahaya
kegiatan ini dan mampu mencegah terjadinya musibah dan agar si penelusur sadar
akan kewajibannya terhadap sesama penelusur dan masyarakat disekitar lokasi
gua-gua. Kemahiran teknik saja TIDAK CUKUP untuk menganggap dirinya mampu dan pantas melakukan kegiatan penelusuran gua. Seorang pemula atau yang sudah berpengalaman sekalipun harus memenuhi etika dan kewajiban penelusuran gua.
Sejak semula harus disadari bahwa seorang penelusur gua dapat merusak gua,
karena membawa kuman, jamur, dan virus asing ke dalam gua yang lingkungannya
masih murni, tidak tercemar. Penelusuran gua akan merusak gua apabila meninggalkan kotoran berupa sampah, sisa karbit, puntung rokok, sisa makanan, batu baterai mati, kantong plastik, botol/kaleng minuman dan makanan dalam gua. Membuang benda-benda tersebut di atas adalah larangan mutlak juga dilarang corat-coret gua dengan benda apapun juga.
Karenanya ikutilah Motto :
“jangan mengambil sesuatu……… kecuali mengambil potret”
“jangan meninggalkan sesuatu ….. kecuali meninggalkan jejak”
“jangan membunuh sesuatu ……… kecuali membunuh waktu”
Gua adalah bentukan alam yang terbentuk dalam kurun waktu ribuan tahun. Setiap
usaha merusak gua mendatangkan kerugian yang tidak dapat di tebus. Karenanya
jangan merusak gua, mengambil atau memindahkan sesuatu di dalam gua tanpa tujuan
jelas yang dapat dipertanggungjawabkan. Untuk tujuan ilmiah sekalipun harus diusahakan pengambilan specimen secara cermat,
terbatas dan selektif. Itupun setelah diyakini, bahwa belum tersedia specimen
yang sama di dalam laporan atau museum dan belum diambil specimen yang sama
oleh ahli speleologi lainnya. Menelusuri dan meneliti gua harus dilakukan dengan penuh respek, tanpa mengganggu, mengusir, merusak/mengambil isi gua, baik yang berupa benda mati atau yang hidup.
Menelusuri gua harus disertai kendaraan, bahwa kesanggupan dan ketrampilan
pribadi tidak usah dipamerkan. Sebaliknya ketidakmampuan tidak perlu ditutupi
oleh karena rasa malu. Bertindaklah sewajar-wajarnya, tanpa membohongi diri
sendiri dan orang lain. Apabila tidak sanggup, tetapi dipaksakan maka hal ini
akan membawa akibat buruk yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Tunjukkan Respek Terhadap Penelusur Gua Dengan Cara :
1.      Tidak menggunakan bahan-bahan atau peralatan yang disediakan oleh rombongan
lain tanpa persetujuan mereka. Jangan membahayakan para penelusur lain, misalnya
menimpukkan batu ketika ada penelusur lain di dalam gua, mengambil atau memutuskan
tali yang sedang terpasang, memindahkan tangga atau alat-alat lain yang dipasang
pemakai, penelusur lain.
2.      Tidak menghasut penduduk di sekitar gua untuk melarang atau menghalangi rombongan lain memasuki gua, karena tidak ada satupun gua di bumi ini milik perseorangan kecuali apabila gua itu telah dibeli oleh yang bersangkutan. Untuk tujuan ilmiahpun, setiap gua harus dapt diteliti setelah menempuh prosedur yang berlaku.
3.      Jangan gegabah menganggap anda penemu sesuatu, kalau anda yakin betul, bahwa
tidak ada orang lain yang menemukannya pula.
4.      Jangan melaporkan hal-hal yang tidak benar demi sensasi atau ambisi pribadi,
karena hal ini berarti membohongi diri sendiri dan dunia ilmu speleologi khususnya.
5.      Setiap usaha penelusuran gua ialah usaha bersama. Bukan usaha yang dicapai
sendiri. Karena setiap publikasi dari hasil penelusuran gua tidak boleh menonjolkan
prestasi pribadi tanpa mengingat jasa sesama penelusur.
6.      Jangan menjelek-jelekkan nama sesama penelusur dalam suatu publikasi walaupun
si penelusur itu mungkin berbuat hal-hal negatif secara sadar atau tidak sadar.
Setiap publikasi negatif tentang sesama penelusur akan memberikan gambaran negatif
terhadap semua penelusur gua.
7.      Jangan melakukan penelitian yang sama apabila ada rombongan lain yang sedang
mengerjakan dan belum mempublikasikannya.

Bahaya-Bahaya Penelusuran Gua
Bahaya-bahaya penelusuran gua secara sudut pandangnya dapat dibedakan menjadi
dua :
A. Antroposentrisme, meninjau sudut pandang bahaya penelusuran gua terahadap
penelusur gua, biasanya terjadi akibat kealpaan atau kecerobohan penelusur gua itu sendiri.
B. Speleosentrisme, meninjau dari sudut pandang bahaya penelusuran gua terhadap
gua itu sendiri, dari Tindakan-tindakan para penelusur gua.
Bahaya-bahaya dari sudut pandang Antrosentrisme :
1.      Terpeleset/terjatuh dengan akibat fatal, atau gegar otak, terkilir, terluka,
patah tulang dsb. Hal ini paling sering terjadi, antara lain karena : penelusur
terburu-buru meloncat, salah menduga jarak dan sebagainya.
2.      Kepala terantuk atap gua/stalaktit/bentukan gua lainnya. Akibatnya : luka
memar, luka berdarah, gegar otak. Wajib pakai helm.
3.      Tersesat. Terutama bila lorong bercabang-bertingkat dan daya orientasi pemimpin regu penelusur kurang baik.
4.      Tenggelam. Terutama apabila nekat memasuki gua pada musim hujan tanpa mempelajari Topografi dan hidrologi karst maupun sifat sungai di bawah tanah. Bahaya semakin nyata kalau harus melewati air terjun atau jeram deras. Apalagi kalau harus melakukan penyelamatan bebas tanpa alat dan penelusur kurang mahir berenang/menyelam. Jangan lupa membawa pelampung dan sumber cahaya kedap air. Mengarungi sungai yang dalam, harus pakai tali pengaman dengan lintasan tepat.
5.      Kedinginan (Hipotermia).
Hal ini terutama bila lokasi gua jauh di atas permukaan
laut, penelusur beberapa jam terendam air, dan adanya angin kencang yang berhembus dalam lorong tersebut.
6.      Dehidrasi.
Kekurangan cairan. Hal ini sudah merupakan bahan penelitian cermat
di Perancis. Hampir senantiasa bila sudah timbul rasa haus, sudah ada gejala
dehidrasi. Karenanya sudah menjadi suatu kewajiban yang tidak dapat ditawar
lagi, bahwa sebelum memasuki gua, setiap penelusur harus minum secukupnya. Cairan paling tepat untuk menghindari dehidrasi ialah larutan oralit atau garam anti
diare.
CLIMBING
          Climbing adalah olah raga panjat yang dilakukan di tempat yang curam atau tebing. Tebing atau jurang adalah formasi bebatuan yang menjulang secara vertikal. Tebing terbentuk akibat dari erosi. Tebing umumnya ditemukan di daerah pantai, pegunungan dan sepanjang sungai. Tebing umumnya dibentuk oleh bebatuan yang yang tahan terhadap proses erosi dan cuaca.
Di dalam arti yang sebenarnya memang climbing itu panjat tebing. Tetapi banyak pula orang mengartikan bukan hanya panjat saja dalam kegiatan climbing ini melainkan juga Repling (turun tebing), Pursiking (naik tebing dengan menggunakan tali pursik) dan lain-lain.
Biasanya orang melakukan pemanjatan tebing ini dilakukan dengan konsentrasi yang tinggi, kekuatan tangan, kekuatan kaki, keseimbangan tubuh dijadikan tolak ukur dalam melakukan pemanjatan ini. Panjat tebing bukan hanya di alam tetapi kita bisa di tebing buatan (woll-climbing).
3. Rock Climbing
Rock Climbing adalah olah raga fisik dan mental yang mana selalu membutuhkan kekuatan, keseimbangan, kecepatan, ledakan-ledakan tenaga yang didukung dengan kemampuan mental para pelakunya. Ini adalah kegiatan yang sangat berbahaya dan dibutuhkan pengetahuan dan latihan. Olah raga ini juga menggunakan alat-alat panjat yang sangat krusial dan rawan, tetapi dengan teknik dan pengetahuan yang benar, olah raga ini sangat aman untuk dilakukan.

Ice and Snow Climbing
Ice and Snow Climbing adalah olah raga fisik dan mental yang mana selalu membutuhkan kekuatan, keseimbangan, kecepatan, ledakan-ledakan tenaga yang didukung dengan kemampuan mental para pelakunya. Ini adalah kegiatan yang sangat berbahaya dan dibutuhkan pengetahuan dan latihan. Olah raga ini juga menggunakan alat-alat panjat yang sangat krusial dan rawan, tetapi dengan teknik dan pengetahuan yang benar, olah raga ini sangat aman untuk dilakukan.

ALAT CLIMBING

Tali Pendakian
Fungsi utamanya dalam pendakian adalah sebagai pengaman apabila jatuh.Dianjurkan jenis-jenis tali yang dipakai hendaknya yang telah diuji oleh UIAA, suatu badan yang menguji kekuatan peralatan-peralatan pendakian. Panjang tali dalam pendakian dianjurkan sekitar 50 meter, yang memungkinkan leader dan belayer masih dapat berkomunikasi. Umumnya diameter tali yang dipakai adalah 10-11 mm, tapi sekarang ada yang berkekuatan sama, yang berdiameter 9.8 mm.
Ada dua macam tali pendakian yaitu :
·    Static Rope, tali pendakian yang kelentirannya mencapai 2-5 % fari berat maksimum yang diberikan. Sifatnya kaku, umumnya berwarna putih atau hijau. Tali static digunakan untuk rappelling.
·    Dynamic Rope, tali pendakian yang kelenturannya mencapai 5-15 % dari berat maksimum yang diberikan. Sifatnya lentur dan fleksibel. Biasanya berwarna mencolok (merah, jingga, ungu).
2. Carabiner
Adalah sebuah cincin yang berbentuk oval atau huruf D, dan mempunyai gate yang berfungsi seperni peniti. Ada 2 jenis carabiner :
·    Carabiner Screw Gate (menggunakan kunci pengaman).
·    Carabiner Non Screw Gate (tanpa kunci pengaman)
3. Sling

Sling biasanya dibuat dari tabular webbing, terdiri dari beberapa tipe. Fungsi sling antara lain :
-sebagai penghubung
- membuat natural point, dengan memanfaatkan pohon atau lubang di tebing.
- Mengurangi gaya gesek / memperpanjang point
- Mengurangi gerakan (yang menambah beban) pada chock atau piton yang terpasang.
4. Descender
Sebuah alat berbentuk angka delapan. Fungsinya sebagai pembantu menahan gesekan, sehingga dapat membantu pengereman. Biasa digunakan untuk membelay atau rappelling.
5. Ascender
Berbentuk semacam catut yang dapat menggigit apabila diberi beban dan membuka bila dinaikkan. Fungsi utamanya sebagai alat Bantu untuk naik pada tali.
6. Harnes / Tali Tubuh
Alat pengaman yang dapat menahan atau mengikat badan. Ada dua jenis hernas :
·    Seat Harnes, menahan berat badan di pinggang dan paha.
·    Body Harnes, menahan berat badan di dada, pinggang, punggung, dan paha.
Harnes ada yang dibuat dengan webbning atau tali, dan ada yang sudah langsung dirakit oleh pabrik.

7. Sepatu
Ada dua jenis sepatu yang digunakan dalam pemanjatan :
·    Sepatu yang lentur dan fleksibel. Bagian bawah terbuat dari karet yang kuat. Kelenturannya menolong untuk pijakan-pijakan di celah-cleah.
·    Sepatu yang tidak lentur/kaku pada bagian bawahnya. Misalnya combat boot. Cocok digunakan pada tebing yang banyak tonjolannya atau tangga-tangga kecil. Gaya tumpuan dapat tertahan oleh bagian depan sepatu.
8. Anchor (Jangkar)
Alat yang dapat dipakai sebagai penahan beban. Tali pendakian dimasukkan pada achor, sehingga pendaki dapat tertahan oleh anchor bila jatuh. Ada dua macam anchor, yaitu :
·    Natural Anchor, bias merupakan pohon besar, lubang-lubang di tebing, tonjolan-tonjolan batuan, dan sebagainya.
·    Artificial Anchor, anchor buatan yang ditempatkan dan diusahakan ada pada tebing oleh si pendaki. Contoh : chock, piton, bolt, dan lain-lain.















SEARCH AND RESCUE
Search and rescue (SAR) adalah kegiatan dan usaha mencari, menolong, dan menyelamatkan jiwa manusia yang hilang atau dikhawatirkan hilang atau menghadapi bahaya dalam musibah-musibah seperti pelayaran, penerbangan dan bencana . Istilah SAR telah digunakan secara internasional tak heran jika sudah sangat mendunia sehingga menjadi tidak asing bagi orang di belahan dunia manapun tidak terkecuali di Indonesia. Operasi SAR dilaksanakan tidak hanya pada daerah dengan medan berat seperti di laut, hutan, gurun pasir, tapi juga dilaksanakan di daerah perkotaan. Operasi SAR seharusnya dilakuan oleh personal yang memiliki ketrampilan dan teknik untuk tidak membahayakan tim penolongnya sendiri maupun korbannya. Operasi SAR dilaksanakan terhadap musibah penerbangan seperti pesawat jatuh, mendarat darurat dan lain-lain, sementara pada musibah pelayaran bila terjadi kapal tenggelam, terbakar, tabrakan, kandas dan lain-lain. Demikian juga terhadal adanya musibah lainnya seperti kebakaran, gedung runtuh, kecelakaan kereta api dan lain-lain. Unsur-unsur SAR Dalam kegiatan SAR ada 4 unsur yang bisa dijadikan penentu keterampilan yang dibutuhkan sebagai penunjang suksesnya suatu tim sar dalam melakukan operasinya,
yaitu :
1. Lokasi : kemampuan untuk menentukan lokasi korban. Hal ini memerlukan
pengetahuan menangani data peristiwa, keadaan korban, keadaan medan dan
lainnya.
2. Mencapai : kemampuan untuk mencapai korban. Hal ii memerlukan keterampilan
mendaki gunung, rock climbing, cara hidup di alam bebas, peta, kompas,
membaca jejak, dan lainnya
3. Stabilisasi : kemampuan untuk menentramkan korban dalam hal ini mutlak
diperlukan pengetahuan P3K, gawat darurat dan lainnya.
4. Evakuasi : kemampuan membawa korban. Hal ini memerlukan keterampilan
seperti halnya “Mencapai”.
Tahapan SAR
Ada beberapa tahapan SAR, Yaitu :
1. tahapan keragu-raguan, sadar bahwa keadaan darurat telah terjadi.
2. tahapan kesiapan, melaksanakan segla sesuatunya sebagai tanggapan terhadap
suatu kecelakaan, termasuk juga menadpatkan segala informasi mengenai korban.
3. tahapan perencanaan, pembuatan rencana yang efektif dan segala koordinasi yang
diperlukan
4. tahapan operasi, seluruh unit bertugas hingga misi SAR dinyatakan selesai
5. tahapan laporan, terakhir membuat laporan mengenai misi SAR yang telah
dilaksanakan.
Pencarain pada perasi SAR
Berikut adalah beberapa pola teknis pencarian pada operasi SAR. Hanya sebagain teknik
yang dibahas di sini, yaitu :
1. Track (T)
• Pola ini dipakai jika orang yang dinyatakan hilang dari jalur perjalanan yang
direncanakan akan dilewatinya merupakan satu-satunya informasi yang ada.
• Selalu dianggap bahwa sasaran (korban) masih disekitar atau dekat dengan
garis rute







Pola Track

2. Paralel (P)
• Daerah pencarian cukup luas dan medannya cukup datar
• Hanya mempunyai posisi duga
• Sangat baik untuk daerah pencarian yang berbetuk segi empat.







Pola Paralel
3. Creeping (C)
• Daerah pencarian sempit, panjang dan kondisinya cukup rata serta datar.
• Kalau di pegunungan gunung, regu pencari dengan ola ini kan turun kejurangjurang
atau dataran yang lebih rendah.





Pola Creeping

4. Square (SQ)
• Biasanya digunakan pada daerah yang datar
• Dengan pola ini perhitungan posisi juga harus merupakan kemungkinan yang
tepat
• Pembelokan tidak sembarangan, tetapi dengan perhitungan
C
D
A B





Pola Square

5. Sector (S)
• Lokasi atau posisi diketahui
• Daerah yang disari tidak luas
• Daerah pencarian berbentuk lingkaran
• Rute regu pencarian berbentuk segitiga sama sisi





Pola Sector
6. Contour (CT)
• Digunakan di bukit-bukit.
• Pencarian selalu dimulai dari puncak tertinggi
7. Barrier (B)
• Digunakan dengan hanya menunggu atau mencegat dengan perhitungan yang
pasti bahwa survivor akan lewat dengan melihat keadaaan lingkungan.
• Digunakan jika regu pencari dan penyelamat tidak bisa mendekati tempat
yang terkena musibah
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan pola pencarian
Dari sekian banyak pola pencarian, anda harus memilih yang paling tepat. Pemilihan
tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut ;
• Ketepatan posisi survivor
• Luas dan bentuk daerah pencarian
• Jumlah dan jenis unit rescue yang tersedia
• Cuaca di dan ke daerah pencarian
• Jarak basecamp unit rescue ke lokasi musibah
• Kemampuan peralatan bantu navigasi di daerah kejadian
• Ukuran sukar dan mudahnya sasaran yang diketahui
• Keefektifan taktik yang dipilih
Medan di daerah kejadian
• Dukungan logistik ke daerah pencarian
Taktik pencarian
Taktik pencarian dapat bervariasi, tergantung pada situasi tertentu. Secara umum hal itu
tercakup dalam lima metode pencarian, yaitu :
1. Taktik pendahuluan
Merupakan usaha-usaha untuk mendapatkan informasi awal, mengoordinir reguregu
pencari, membentuk pos pengendali, perencanaan, pencarian awal, dsb
2. Taktik Pembatasan
Menciptakan, membentuk garis lintas (perimeter) untuk mengurung korban dalam
area pencarian
3. Taktik Pendeteksian
Pemeriksaan terhadap tempat potensial dan juga menggunakan pencarian
potensial. Pada area tersebut diperhitungkan, ditemukannya korban ataupun jejak
atau segala sesuatu yang tercecer yang ditinggalkan korban
4. Taktik pelacakan
Melacak jejak atau sesuatu yang ditinggalkan korban, biasanya pelacakan ini
dilakukan dengan anjing pelacak atau orang yang terlatih mencari dan membaca
jejak
5. Taktik evakuasi
Memberikan perawatan dan membawa korban untuk perawatan yang lebih lanjut
jika diperlukan.




                                                    












P3K
P3K secara harfiah merupakan tindakan yang dapat diberikan / dilakukan oleh orang yang terlatih atau memahami tentang seluk-beluk anatomi-kesehatan dasar.
Pertolongan pertama mempunyai makna tindakan yang pertama sebelum korban dibawa ke fasilitas kesehatan yang lebih baik, sehingga tujuan dari P3K sesungguhnya adalah: mencegah agar cedera yang timbul tidak lebih parah, menghentikan perdarahan, mencegah nyeri dan menjamin fungsi saluran napas, sehingga korban dapat terselamatkan dari bahaya maut semaksimal mungkin. Ada juga korban tidak hanya mengalami trauma sejenis, tetapi juga kompleks sehingga penolongpun diharuskan untuk mampu memberikan pertolongan sekaligus ataun sesuai prioritas yang mengancam nyawa.
Dalam kesempatan ini akan dibahas P3K secara praktis pada kasus-kasus darurat yang sering kita amati dan alami di sekitar kita.

Gangguan Umum
1.    Shock
Tanda-tanda :
a.    Kesadaran menurun, denyut nadi cepat, lemah dan kemudian menghilang.
b.    Kulit pucat, dingin dan lembab.
c.    Nafas dangkal tidak teratur.
d.   Mata hampa, suram.
e.    Penderita merasa pusing, mual.
Penyebab :
Tekanan emosi hebat, kehilangan darah atau cairan dan keracunan
Pertolongan :
a.    Baringkan penderita dengan kepala lebih rendah, kecuali pasien menderita gegar otak dan patah tulang.
b.    Kendorkan pakaian, beri selimut.
c.    Jangan beri minum.

2.    Pingsan
Tanda-tanda :
a.    Penderita tidak sadar, terbaring tidak bergerak, terkadang sangat gelisah.
b.    Pernafasan ada nadi berdenyut.
Penyebab :
a.    Kurang memeproleh zat asam.
b.    Terlalu kepanasan/kedinginan, kesakitan.
c.    Keracunan
d.   Penyakit kronis, ginjal, jantung, diabetes, dsb.
Pertolongan :
a.    Baringkan penderita ditempat teduh dan udara segar.
b.    Bila wajah pucat, kepala direndahkan (sebaliknya).
c.    Buka/longgarkan pakaian.
d.   Bila penderita muntah, letakkan kepala dalam posisi miring, untuk mencegah muntahan terselak masuk ke paru-paru.
e.    Beri penyegar (decologne) atau amoniak agar segera sadar.

3.    Mati suri
Tanda-tanda :
a.    Kesadaran diantara pingsan dan mati.
b.    Pernafasan tidak nampak.
c.    Nadi tidak teraba.
d.   Wajah pucat kebiru-biruan.
Penyebab :
Tidak dapat bernafas, Menghirup gas beracun.
Pertolongan :
Lakukan seperti penderita pingsan, bersihkan jalan nafas, segera bawa ke dokter.

4.    Kejang otot (Kram)
Penyebab :
a.    Terlalu letih
b.    Karena dingin/panas
c.    Kekurangan garam, rendahnya kadar mineral.
d.   Bernafas terlalu cepat ketika tidak diperlukan, sehingga menghalangi pemakaian kalsium oleh tubuh.
Tanda-tanda :
Rasa sakit yang terus menerus, berlangung selama beberapa detik sampai beberapa jam.
Pertolongan :
1)      Dengan merenggangkan otot tersebut, bila kejang dibetis, berdiri dengan bertumpu pada jari kaki atau mendorong bagian depan kaki ke atas dan memijit otot yang kejang kearah jantung.
2)      Bila yang menderita kejang adalah otot lengan atas depan, pijitlah otot tersebut dengan satu tangan dan mintalah bantuan teman anda untuk meluruskan siku tersebut.

5.    Terkilir (Reptura Tendo)
Yaitu terlepasnya tendo dari tulang/otot (Tendo adalah penghubung antara tulang/sendi).
Tanda-tanda :
a.    Seseorang yang menderita reptura tendo atau terkilir biasanya terdengar suaranya.
b.    Rasa sakit yang hebat sehingga orang tersebut menggeliat kesakitan dan memegang otot tersebut dalam posisi konstraksi.
c.    Ia tidak akan membiarkan otot tersebut digerakkan, bahkan biasanya tidak akan mau diperiksa, kecuali bila telah menerima obat penghilang rasa sakit.
d.   Membengkak sakit selama beberapa hari dan timbul tanda biru/hitam.
Penyebab :
a.    Konstraksi otot yang kuat yang terjadi dengan tiba-tiba.
b.    Otot yang tegang dan tidak fleksibel mudah menderita reptura tendo.
Pertolongan :
- Rest : istirahat
- Ice : pendinginan
- Compression : penekanan
- Elevation : pendinginan bagian tubuh yang cidera
- Segera hubungi dokter

6.    Dislokasi (sendi meleset)
Yaitu terlepasnya sendi dari tempat yang seharusnya.
a.    Dislokasi sendi rahang
Penyebab :
1)      Menguap atau tertawa terlalu lebar
2)      Terkena pukulan keras ketika rahang sedang terbuka.
Pertolongan :
Mempergunakan ibu jari yang ditekankan ke rahang, ibu hari sebelumnya dibalut terlebih dahulu.
Caranya, rahang tersebut ditekankan kebawah dengan kedua ibu jari tersebut diletakkan digeraham yang paling belakang, tekanan harus mantap tetapi pelan-pelan, bersamaan dengan penekanan tersebut, jari-jari yang lain mengangkat dagu penderita keatas.
b.    Dislokasi sendi bahu
Pertolongan :
1)      Perhatikan apakah ada patah tulang.
2)      Apabila tidak ada, cedera ditekan dengan telapak tangan/kaki. Sementara itu lengan penderita ditarik sesuai dengan arah kedudukan ketika itu, tarikan harus dilakukan dengan pelan dan semakin lama dan semakin kuat, kemudian dengan hati-hati lengan atas diputar (arah jauhi tubuh) hal ini sebaiknya dilakukan dengan siku berlipat. Dengan cara ini diharapkan ujung lengan atas akan menggeser kembli ketempat semula.
              c. Dislokasi sendi paha (pinggul)
Penyebab :
Lutut membentur, paha terdorong kebelakang dan terlepas dari sendinya.
Tanda-tanda :
Lutut terputar kedalam, paha terkunci mendekati garis tengah tubuh, bila digerakkan terasa nyeri.
Usahakan jangan digerakkan, bawa segera ke rumah sakit.

7.    Patah Tulang
a. Patah tulang stress
Tanda-tanda :
1)      Tidak tampak
2)      Sakit bila ditekan dari atas dan dari bawah.
3)      Sakit ringan dan semakin sakit bila terus digunakan.
Penyebab :
Kaki yang mempunyai lengkungan yang tinggi, sehingga sebagian besar gaya langkah terpusatkan pada tulang dan kaki.
Pertolongan :
Istirahatkan bagian tubuh yang sakit.
b. Patah tulang komplet
Tanda-tanda :
1)      Rasa sakit yang hebat disertai dengan pembengkakan.
2)      Bila memutuskan pembuluh darah darah dapat mengakibatkan pendarahan.
Penyebab :
Kekerasan dari luar, terpukul benda-benda keras, tertembak terjatuh dan sebagainya.
Pertolongan :
1)      Mencegah pendarahan
2)      Mencegah gugat
3)      Mencegah rasa nyeri
4)      Mencegah infeksi
5)      Pembalutan/pembidaian.
          8. Perdarahan Pembuluh Nadi
Tanda-tanda :
Darah keluar menyembur sesuai dengan denyut jantung, darah yang keluar berwarna merah segar.
Pertolongan :
a.    Menekan ditempat perdarahan dengan kain, setelah luka dibersihkan.
b.    Usahakan bagian yang mengalami perdarahan lebih tinggi dari letak.
c.    Jika belum berhasil, hentikan perdarahan dengan memijit pembuluh nadi (arteri) antara luka dengan jantung (diatas posisi luka)
d.   Dengan memasang touniquet (dikendorkan tiap 15 menit)

          9. Keracunan
Racun bisa masuk ketubuh melalui :
a. Pernafasan
       Tanda-tanda :
1)      Banyak keluar air liur dan air mata
2)      Batuk-batuk
3)      Warna muka merah
       Pertolongan :
1)      Bawa secepatnya ketampat yang bebas gari gas beracun tersebut.
2)      Tidurkan terlentang dan beri selimut.
3)      Bila perlu beri penafasan buatan jangan dari mulut ke mulut.
4)      Segera bawa ke rumah sakit
b. Melalui kulit
       Pertolongan :
1)      Pakaian yang terkena racun dilepas
2)      Bagian tubuh yang terkena racun disiram dengan air dingin terus menerut

c. Melalui makanan
Keracunan Botulinum (banyak dijumpai pada makanan dalam kaleng)
Gejala :
1)      Muncul secara mendadak 18-36 jam sesudah memakan makanan tersebut
2)      Lemah badan, disusul penglihatan kabur dan ganda.
3)      Penderita mengalami kesulitan berbicara dan susah menelan.
Pertolongan :
Hanya dapat diberikan di rumah sakit dengan menyuntikkan serum antitoksin khusus untuk Botulinum.
Pencegahan :
Sebelum dihidangkan, makanan dalam kaleng dibuka kemudian direbus bersama kalengnya didalam air sampai mendidih.

          10. Keracunan jamur
Gejala :
Muncul dalam jarak beberapa menit sampai 2 jam sesudah makan jamur beracun tersebut.
1)      Sakit perut yang hebat, mencret.
2)      Banyak berkeringat
3)      Mental kacau
4)      Pingsan
Pertolongan :
1)      Usahakan agar muntah
2)      Bilas lambung
3)      Bila perlu berikan pernafasan buatan.

























PPGDM
(pertolongan pertama gawat daurat medis)

PPGDM adalah petolongan yang dilakukan pertama kali dan memerlukan penggunaan metode dasar sebelum mendapat petolongan medis lanjutan.

Langkah pertolongan petama ditempat keramaian
  1. menyebut identitas diri
  2. menyebut organisasi (jika ada)
  3. mohon izin memberikan bantuan

tujuan PPGDM
  1. mencegah bahaya maut
  2. mencegah cacat
  3. mencegah infeksi
  4. meringankan rasa sakit sipenderita

Yang harus dimiliki penolong
  1. tenang dalam bertindak
  2. bersikap sopan
  3. dapat mengontrol situasi

Macam-macam alat pelindung
  1. sarung tangan karet
  2. kaca mata pelindung
  3. masker

Alat-alat PPGDM
  1. obat luka
  2. plester
  3. peban
  4. kapas
  5. balsem











JURNALISTIK
Jurnalistik adalah pelaporan kejadian dengan menyatakan Siapa, Apa, Kapan,Dimana,Mengapa dan Bagaimana,dalam bahasa inggris dikenal dengan 5W+1H dan juga menjelaskan kepentingan dan akibat dari kejadian/tred.Fakta dan data yang sudah ditulis dihimpun  dituliskan berdasarkan rumus 5W+1H dengan menggunakan bahasa jurnalistik-Spesifik. Kalimatnya pendek-pendek,baku,sederhana dan komunikatif=jelas, langsung pada pokok masalah mudah dipahami orang awam.
Komposisi naska berita terdiri atas:
1.      Judul
2.      Baris dan tanggal
Yaitu nama dan tempat berlangsungnya pristiwa atau tempat berita dibuat.Didalam jurnalistik ada beberapah langkah-langkah  yang harus diperhatikan :
  1. Informasi
Didalam informasi ini kita cari adalah berita
  1. Observasi
Yang diamati sesuai daerah yang ingin kita lakukan kegiatan
  1. Persepsi
Data yang kita dapat dari masyarakat masyarakat
  1. Interpasi
Yaitu mengumpulkan pendapat-pendapat dari lapangan untuk dilaporkan Contoh “KEBAKARAN”
Tiga petak perumahan indah, telah terbakar, Pagi tadi pukul 05:30 wib,dijalan gang sakti Rt 05 Rw 03 kecamatan cibinong,kabupaten cileduk, propinsi jawa barat.karna terjadinya konsleting arus listrik, Tidak ada korban jiwa dalam pristiwa tersebut namun kerugian mencapai ratusan juta rupiah.







PIONEERING
Dalam tali temali kita sering mencampuradukkan antara tali, simpul dan ikatan. Hal ini sebenarnya berbeda sama sekali. Tali adalah bendanya. Simpul adalah hubungan antara tali dengan tali. Ikatan adalah hubungan antara tali dengan benda lainnya, misal kayu, balok, bambu dan sebagainya.
Macam simpul dan kegunaannya
1. Simpul ujung tali
Gunanya agar tali pintalan pada ujung tali tidak mudah lepas
2. Simpul mati
Gunanya untuk menyambung 2 utas tali yang sama besar dan tidak licin
3. Simpul anyam
Gunanya untuk menyambung 2 utas tali yang tidak sama besarnya dan dalam keadaan kering
4. Simpul anyam berganda
Gunanya untuk menyambung 2 utas tali yang tidak sama besarnya dan dalam keadaan basah
5. Simpul erat
Gunanya untuk memendekkan tali tanpa pemotongan
6. Simpul kembar
Gunanya untuk menyambung 2 utas tali yang sama besarnya dan dalam keadaan licin
7. Simpul kursi
Gunanya untuk mengangkat atau menurunkan benda atau orang pingsan
8. Simpul penarik
Gunanya untuk menarik benda yang cukup besar
9. Simpul laso
Untuk gambar macam-macam simpul dapat dilihat di bawah ini
Image
Image
 





















Macam Ikatan dan Kegunaannya
1. Ikatan pangkal
Gunanya untuk mengikatkan tali pada kayu atau tiang, akan tetapi ikatan pangkal ini dapat juga digunakan untuk memulai suatu ikatan.
2. Ikatan tiang
Gunanya untuk mengikat sesuatu sehingga yang diikat masih dapat bergerak leluasa misalnya untuk mengikat leher binatang supaya tidak tercekik.
3. Ikatan jangkar
Gunanya untuk mengikat jangkar atau benda lainnya yang berbentuk ring.
4. Ikatan tambat
Gunanya untuk menambatkan tali pada sesuatu tiang/kayu dengan erat, akan tetapi mudah untuk melepaskannya kembali. Ikatan tambat ini juga dipergunakan untuk menyeret balik dan bahkan ada juga dipergunakan untuk memulai suatu ikatan.
5. Ikatan tarik
Gunanya untuk menambatkan tali pengikat binatang pada suatu tiang, kemudian mudah untuk membukanya kembali. Dapat juga untuk turun ke jurang atau pohon.
6. Ikatan turki
Gunanya untuk mengikat sapu lidi setangan leher
7. Ikatan palang
8. Ikatan canggah
9. Ikatan silang
10. Ikatan khaki tiga

Untuk gambar macam-macam ikatan dapat dilihat di bawah ini.
Image
Image
 












                                                                                                                            







Gambar contoh  poineering
(menara pandang)
































Tidak ada komentar:

Posting Komentar